Tanggal 24 Mei kemaren, gue ikut Kelas Penulisan 101 lagi dengan tema Menembus Penerbitan, Menyusun Proposal untuk Dikirim ke Penerbit. Masih dengan mentor Jia Effendie, kali ini bertempat di Herbsays, Jl. Cisangkuy No.48, Bandung. Gimana caranya gue bisa sampe sana dengan selamat, bisa dibaca di sini, ya :)
Hasil belajarnya gue share di sini, ya :)
Delapan Hal yang Sebaiknya Kaulakukan Sebelum Mengirim Naskah Novel ke Penerbit
Makanya, walaupun naskah udah selesai, jangan langsung kirim ke penerbit. Karena dia masih ... maaf ... sh*t.
1. Peram naskah
Simpan naskah selama seminggu atau lebih. Setelah itu, kamu baca lagi untuk melakukan swasunting. Kegunaan memeram naskah ini, kamu jadi 'berjarak' dengan tokoh dan cerita yang sebelumnya kamu geluti selama berminggu-minggu itu. Jarak membuatmu bisa melihat kesalahan-kesalahan dalam naskah dan lebih mudah memperbaikinya.
2. Cetak naskah atau bacakan keras-keras
Ini juga membantu untuk mengetahui apakah kalimat atau dialog yang kamu gunakan sudah tepat, tidak terdengar ganjil.
3. Cari kata-kata yang sering bermasalah.
Maksudnya kata-kata yang tidak sesuai KBBI, seperti imbau yang masih sering ditulis himbau, kreativitas yang masih sering ditulis kreatifitas.
4. Hapus atau ganti kata yang sering sekali kamu gunakan
Kamu bisa mengganti kata itu dengan sinonimnya.
5. Hapus semua spasi ganda
6. Cari tanda baca yang bermasalah
7. Format naskahmu sesuai persyaratan dari penerbit
Pada umumnya, penerbit akan mensyaratkan font Times New Roman dengan ukuran 12. Jangan dulu pakai font yang aneh-aneh, apalagi berwarna-warni.
8. Jangan mengedit berlebihan
Nah, setelah naskah udah bagus, langkah berikutnya adalah membuat proposal.
Proposal di sini adalah biodata dan sinopsis. Keduanya dibuat di kertas berbeda, jangan disatukan. Udah taulah ya kalo biodata/CV? Tuliskan nama, alamat, e-mail, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan akun sosmed.
Sinopsis harus berisi premis, cerita ditulis dari awal hingga ending, lengkap dengan konflik dan klimaks. Sinopsis penting sekali karena inilah gerbang pertama yang membuat editor mau membaca naskahmu. Sinopsis maksimal ditulis dalam dua halaman.
Naskah siap, proposal siap, sekarang tinggal mengirim naskah ke penerbit.
Pada kelas sebelumnya, kita kan harus udah menentukan apa genre novel kita. Nah, itu ada hubungannya dengan mencari penerbit yang cocok. Cari yang biasa menerbitkan novel dengan genre naskahmu.
Hunting di toko buku, capture alamat dan nomor telepon penerbit yang biasanya dicantumkan di cover belakang, lalu salin alamat-alamat itu di buku tersendiri. Pilih penerbit yang besar sekalian, jangan karena merasa nggak pede terus ngirim naskah ke penerbit kecil. Penerbit besar sudah punya source yang bagus soalnya, baik untuk cover, distribusi, promo, dll dll.
Buatlah minimal top five penerbit mana yang kamu incar, lalu brosing dulu bagaimana persyaratan kirim naskah ke sana. Ada penerbit yang hanya mau menerima print out, ada yang memperbolehkan naskah dikirim via e-mail. Pastikan kamu memenuhi semua syarat, lalu kirim.
Kira-kira dua atau tiga hari kemudian, kamu telepon ke penerbit, menanyakan apakah naskah berjudul ini oleh penulis ini sudah diterima.
Kalau sudah, tanya kapan kamu bisa menelepon balik untuk kepastian apakah naskahmu diterima atau tidak karena tiap penerbit punya kebijakan berbeda-beda. Ada yang satu minggu, satu bulan, tiga bulan, enam bulan.
Tunggu sampai batas waktu tersebut. Nggak usahlah telepon tiap hari menanyakan naskahmu. Setelah naskahmu fixed ditolak oleh penerbit pertama misalnya, baru kamu hubungi penerbit kedua untuk menanyakan syarat kirim naskah.
Jangan sekali-kali mengirimkan naskah yang sama ke dua penerbit yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ya kalo dua-duanya nolak. Kalo dua-duanya nerima? Kamu harus pilih salah satu dan harus bikin surat pernyataan penarikan naskah ke penerbit yang satu lagi. Buntutnya adalah kamu akan di-black list karena kelakuan kayak gitu nggak etis.
Nggak perlu juga caper di medsos misalnya, mensyen-mensyen penerbit atau editormu. Pakailah jalur pribadi kalo ada yang mau ditanyakan.
Jangan juga menjelek-jelekkan penerbit atau orang-orang di dalamnya melalui sosmed. Sebaliknya, gunakan sosmed sebagai pencitraan. Apalagi sekarang zamannya promo lewat medsos justru lebih ampuh daripada book signing atau launching.
Tapi kalo kamu tipe yang idealis banget, yang nggak sudi naskahmu diutak-atik orang *sesuatu yang pasti terjadi kalo lewat jalur penerbit konvensional karena semua penerbit sudah punya aturan dan visi misi sendiri yang harus kita sesuaikan* kamu bisa selfpublishing. Nggak ada masalah.
Kelar acara, kami disuguhi steamed bun/bakpao herbal yang toppingnya bisa dipilih: tuna, beef, atau chicken. Minumannya juga bervariasi dan sesuai namanya, ada isi rempah. Gue pesen limn, itu enak banget, seger, pake irisan timun dan sereh.
Maaf lupa nggak difoto saking asiknya ngobrol dengan sesama peserta. Orangnya asik-asik, sih ^^
Etapi kalo ada yang penasaran gimana penampakan bun dan minuman di Dapur Kecil Herbsays, gue pinjem foto Jia aja deh, semoga yang bersangkutan nggak keberatan :)
Selesai acara, biasa deh, ada sesi foto-foto. Tambah ilmu, tambah temen, alhamdulillah :)
Mudah-mudahan share hari ini bermanfaat :)
Hasil belajarnya gue share di sini, ya :)
Delapan Hal yang Sebaiknya Kaulakukan Sebelum Mengirim Naskah Novel ke Penerbit
Makanya, walaupun naskah udah selesai, jangan langsung kirim ke penerbit. Karena dia masih ... maaf ... sh*t.
1. Peram naskah
Simpan naskah selama seminggu atau lebih. Setelah itu, kamu baca lagi untuk melakukan swasunting. Kegunaan memeram naskah ini, kamu jadi 'berjarak' dengan tokoh dan cerita yang sebelumnya kamu geluti selama berminggu-minggu itu. Jarak membuatmu bisa melihat kesalahan-kesalahan dalam naskah dan lebih mudah memperbaikinya.
2. Cetak naskah atau bacakan keras-keras
Ini juga membantu untuk mengetahui apakah kalimat atau dialog yang kamu gunakan sudah tepat, tidak terdengar ganjil.
3. Cari kata-kata yang sering bermasalah.
Maksudnya kata-kata yang tidak sesuai KBBI, seperti imbau yang masih sering ditulis himbau, kreativitas yang masih sering ditulis kreatifitas.
4. Hapus atau ganti kata yang sering sekali kamu gunakan
Kamu bisa mengganti kata itu dengan sinonimnya.
5. Hapus semua spasi ganda
6. Cari tanda baca yang bermasalah
7. Format naskahmu sesuai persyaratan dari penerbit
Pada umumnya, penerbit akan mensyaratkan font Times New Roman dengan ukuran 12. Jangan dulu pakai font yang aneh-aneh, apalagi berwarna-warni.
8. Jangan mengedit berlebihan
Nah, setelah naskah udah bagus, langkah berikutnya adalah membuat proposal.
Proposal di sini adalah biodata dan sinopsis. Keduanya dibuat di kertas berbeda, jangan disatukan. Udah taulah ya kalo biodata/CV? Tuliskan nama, alamat, e-mail, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan akun sosmed.
Sinopsis harus berisi premis, cerita ditulis dari awal hingga ending, lengkap dengan konflik dan klimaks. Sinopsis penting sekali karena inilah gerbang pertama yang membuat editor mau membaca naskahmu. Sinopsis maksimal ditulis dalam dua halaman.
Naskah siap, proposal siap, sekarang tinggal mengirim naskah ke penerbit.
Pada kelas sebelumnya, kita kan harus udah menentukan apa genre novel kita. Nah, itu ada hubungannya dengan mencari penerbit yang cocok. Cari yang biasa menerbitkan novel dengan genre naskahmu.
Hunting di toko buku, capture alamat dan nomor telepon penerbit yang biasanya dicantumkan di cover belakang, lalu salin alamat-alamat itu di buku tersendiri. Pilih penerbit yang besar sekalian, jangan karena merasa nggak pede terus ngirim naskah ke penerbit kecil. Penerbit besar sudah punya source yang bagus soalnya, baik untuk cover, distribusi, promo, dll dll.
Buatlah minimal top five penerbit mana yang kamu incar, lalu brosing dulu bagaimana persyaratan kirim naskah ke sana. Ada penerbit yang hanya mau menerima print out, ada yang memperbolehkan naskah dikirim via e-mail. Pastikan kamu memenuhi semua syarat, lalu kirim.
Kira-kira dua atau tiga hari kemudian, kamu telepon ke penerbit, menanyakan apakah naskah berjudul ini oleh penulis ini sudah diterima.
Kalau sudah, tanya kapan kamu bisa menelepon balik untuk kepastian apakah naskahmu diterima atau tidak karena tiap penerbit punya kebijakan berbeda-beda. Ada yang satu minggu, satu bulan, tiga bulan, enam bulan.
Tunggu sampai batas waktu tersebut. Nggak usahlah telepon tiap hari menanyakan naskahmu. Setelah naskahmu fixed ditolak oleh penerbit pertama misalnya, baru kamu hubungi penerbit kedua untuk menanyakan syarat kirim naskah.
Jangan sekali-kali mengirimkan naskah yang sama ke dua penerbit yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ya kalo dua-duanya nolak. Kalo dua-duanya nerima? Kamu harus pilih salah satu dan harus bikin surat pernyataan penarikan naskah ke penerbit yang satu lagi. Buntutnya adalah kamu akan di-black list karena kelakuan kayak gitu nggak etis.
Nggak perlu juga caper di medsos misalnya, mensyen-mensyen penerbit atau editormu. Pakailah jalur pribadi kalo ada yang mau ditanyakan.
Jangan juga menjelek-jelekkan penerbit atau orang-orang di dalamnya melalui sosmed. Sebaliknya, gunakan sosmed sebagai pencitraan. Apalagi sekarang zamannya promo lewat medsos justru lebih ampuh daripada book signing atau launching.
Tapi kalo kamu tipe yang idealis banget, yang nggak sudi naskahmu diutak-atik orang *sesuatu yang pasti terjadi kalo lewat jalur penerbit konvensional karena semua penerbit sudah punya aturan dan visi misi sendiri yang harus kita sesuaikan* kamu bisa selfpublishing. Nggak ada masalah.
Kelar acara, kami disuguhi steamed bun/bakpao herbal yang toppingnya bisa dipilih: tuna, beef, atau chicken. Minumannya juga bervariasi dan sesuai namanya, ada isi rempah. Gue pesen limn, itu enak banget, seger, pake irisan timun dan sereh.
Maaf lupa nggak difoto saking asiknya ngobrol dengan sesama peserta. Orangnya asik-asik, sih ^^
Etapi kalo ada yang penasaran gimana penampakan bun dan minuman di Dapur Kecil Herbsays, gue pinjem foto Jia aja deh, semoga yang bersangkutan nggak keberatan :)
Selesai acara, biasa deh, ada sesi foto-foto. Tambah ilmu, tambah temen, alhamdulillah :)
Mudah-mudahan share hari ini bermanfaat :)
ciye ciyeee..
BalasHapusilmu masukin gambar instagramnya dipraktekkan disini ya mbak :))
wah, bermanfaat nih. Semoga nantinya bisa buat buku
BalasHapusWah makasih ya buat sharing tipsnya, bermanfaat sekali. Catet dulu deh, siapa tau kapan2 pingin nulis buku :D
BalasHapusMantep sharing ilmunya, bermanfaat banget, sampai ngangguk-nggangguk saya baca poin per poin..hihi..
BalasHapusKomenin apa lagi ya? Oh iya, saya ketawa tuh baca peringatan untuk kirim naskah sekalian ke penerbit besar, saya banget itu yang bakalan nggak pede... hahaha..
itu bayrnya berapa ya mbak, salam kenal ya :D
BalasHapus@lia nurmalasari Iya, Lia, hehehe..
BalasHapusMakasih yaaaaaaa share tipsnya di blogmu :*
@Muh Aldy Jabir Aamiin.. :)
BalasHapus@Lianny Hendrawati Silakan, Mbak :)
BalasHapus@Irly Iya, Irly. Ternyata justru harus pede kirim ke penerbit besar. Aku juga cuma ngetik ulang makalah yang didapet sih, plus memasukkan kalimat-kalimat lisan pembicara.
BalasHapusAyo nanti dicoba kirim :)
@Ibrahim M.Pd.I Salam kenal juga, Mas Ibrahim :)
BalasHapusBayarnya Rp80.000,00 per pertemuan.
belom pernah bikin buku jadi belom pengalaman, makasih nih tipsnya siapa tau suatu saat bermanfaat :)
BalasHapuswah tipsnya bermanfaat sekali mbak.Terimakasih udah share tipsnya :))
BalasHapusTipsnya cihuy del...asik yah skalian nambah tmn
BalasHapusharus jeli dan teliti ya mak... makasih sharing nya :)
BalasHapus@Della
BalasHapusooo, gitu ya mabk, terima kasih atas jawabannya ya :D
Selain nambah ilmu dan teman juga pasti nambah semangat buat langsung praktek ya mbak Della.. Itu yang bagian nunggu sebulan..3 bulan..6 bulan..untuk konfirmasi kalau dijalanin bikin deg-degan juga ya :D
BalasHapusMakasih shring-an nya ^^
@Gusti Indah Primadona Makasih udah mampir, ya :)
BalasHapus@Ibrahim M.Pd.I Iya, sama-sama :)
BalasHapus@Nindi Azzahra Terima kasih kembali, Nindi :)
BalasHapus@Suciati Cristina Iya, Ci. Alhamdulillah :)
BalasHapus@Santi Dewi Sama-sama, San :)
BalasHapus@Haya Nufus Oh iya, lupa ditulis. Kata Jia, sambil nunggu telepon dari penerbit, kita bisa mulai nulis buku berikutnya, Mbak. Jadi nggak terlalu kepikiran :)
BalasHapusasyiknya...
BalasHapusmakasih ya udah dishare :)
perjalanan saya masih panjang utk bisa ke tahap ini :D
Baru baca 8 hal yang harus dilakukannya aja udah bikin gw ketar-ketir, Dell. Hahaha...emang gak punya mental jadi penulis sepertinya.
BalasHapusLama tak wara-wiri di dunia perblogan, si bubil makin eksis di dunia tulis menulis ternyata. Nda kaget klo sy krtinggalan berita klo si empunya blog dah nelorin buku.
BalasHapusWah makasih di share step2nya cara kirim naskah ke penerbit yah Del... kelas menulisnya oke banget, inspiratif :)
BalasHapusTes komen...
BalasHapusKomenku barusan ilang apa moderasi Deel?
Apa? Di Cisangkuy? Kalo ke sini kayaknya gw bakal gak ikutan kelas penulisan tapi malah nyasar beli yogurt. Hahaha. *dikeplak*
BalasHapus@Nathalia Diana Pitaloka Insya Allah sampai ya, Mbak :)
BalasHapus@IndKur Belom nemu kliknya aja, Ndah :)
BalasHapus@Asriani Amir Acci sih, kelamaan hiatus.. :)
BalasHapus@Lyliana Thia Sama-sama :)
BalasHapus@Bibi Titi Teliti Aku nggak pake moderasi, Teh. Aaaaaaaaaaaahhh pasti ilang deeeeeeeeeehhhh.. T^T
BalasHapus@retma-haripahargio Emang deket kok dari situ, Ma :D
BalasHapusoooo gue baru tau kalo yang bener imbau bukan himbau yak :D
BalasHapus@Desi Hihihi.. iya, Des :D
BalasHapusaku bagian baca aja deh Del hiks :)
BalasHapus@Lidya Iya gpp, Mbak :D
BalasHapus