Dalam hidupmu, sering enggak sih, satu peristiwa membawa pada peristiwa lainnya?
Itu juga yang terjadi pada gue pekan lalu. Jadi ceritanya, gue lagi dapat editan naskah nih, yang salah satu tokohnya penderita asperger (lebih lanjut bisa digugling sendiri ya, apa itu asperger).
Berhubung dalam mengedit itu dibutuhkan logika juga, gue enggak tau apakah perilaku si tokoh ini sesuai dengan ciri-ciri penderita asperger beneran atau enggak, dan berhubung ciri khas orang Indonesia itu adalah nanya-nanya mulu kayak pembantu baru, bukannya cari tau sendiri, gue pun nanya kakak gue. Dese dokter dan pernah mendalami psikiatri gitu, walaupun berakhirnya di forensik :D
Dan sebagaimana layaknya orang cerdas lainnya, alih-alih ngejawab pertanyaan gue, dese malah bilang gini, "Lu baca tuh bukunya Jodi Picoult. Judulnya House Rules. Gue tinggal di rumah mama, kok. Di kamar gue. Ambil aja."
Gue tau kakak gue ini demennya baca buku-buku bahasa Inggris sementara gue... errrr... selalu lebih milih baca terjemahannya kalau memang ada terjemahannya, hehehe....
Tapi ya udah, deh. Mana pun 600 sekian halaman! Tadinya mo pengsan, etapi pas baca halaman demi halaman, eh kok asik, ya. Seru! Menarik!
Misalnya, gue baru tau kalo beberapa ciri anak asperger itu adalah mereka gampang ke-distract sama hal-hal yang menurut kita aneh banget, kayak misalnya si Jacob ini, si tokoh utama, enggak suka warna oranye dan enggak suka bunyi keresek plastik. Juga bahwa mereka patuh dan enggak ngerti idiom. Jadi, waktu gurunya bilang, "Don't move! Don't even breathe!" Jacob nahan napas dong sampe hampir pingsan. Dia juga enggak suka disentuh orang asing. Dan kalau anak asperger lagi suka pada sesuatu, dia akan bener-bener terobsesi. Kayak Jacob ini, dia terobsesi banget sama forensik (pantesan aja kakak gue beli novel ini. Ngeklik banget sama dunia dese :D) dan kalo dia udah ngomong tentang topik kesukaannya, udah deh, susah berhenti.
Jacob ini usianya 18 tahun. Punya adek namanya Theo, 14 tahun. Theo ini punya hobi baru, nyelinap masuk ke rumah-rumah gede di blok-blok lain yang ditinggal pergi penghuninya. Dia duduk di sofa, nyobain dapur, masuk ke kamar-kamar, kayaknya karena dia stres di rumah yang enggak feels like home, sementara dia kangen punya rumah yang bener-bener home (kenapa gue bilang 'kayaknya'? Karena gue baca novel ini baca-baca aja, Saudara, sama sekali enggak ngecek artinya di kamus. Daripada mengganggu kekhusukan gue membaca :p Jadi dalam beberapa hal, gue juga enggak yakin makna yang gue tangkep itu bener atau enggak, hehehe.. Yang udah baca novel ini, tolong koreksi ya kalo ada yang salah). Sedih-sedih-kesel sih baca bagian Theo, tapi bisa maklum juga. Ya nama pun penulis best seller ya, Picoult ini pinter banget ngeramu plotnya.
Anyway, Jacob punya mentor gitu, namanya Jess. Cewek. Jess jadi pendamping Jacob gitu supaya Jacob bisa hidup di tengah masyarakat kelak-karena kekhawatiran terbesar Emma, ibunya, adalah kalau Jacob besar nanti, sementara Emma sudah meninggal, gimana Jacob bisa menjaga dirinya sendiri? Related banget kan sama kita para emak? :')-jadi Jess ngajarin gimana ngobrol sama orang asing, gimana menghargai orang lain, bahkan gimana harus ngajak cewek ke prom.
Ada bagian menarik sebetulnya, soal vaksinasi. Di situ, Emma bilang, sampai usia 2 tahun, Jacob berkembang layaknya balita lain. Setelah vaksinasi, dia berubah. Tapi Emma juga bilang dia enggak nyalahin vaksinasi. Buktinya, Theo tetap divaksinasi. Tapi dengan pertimbangan. Gue rasa, Emma mau bilang sama kita, ada vaksinasi yang bikin anak jadi autis, deh. Tapi enggak tau juga, ya. Wallahua'lam.
Nah, suatu hari, pas lagi lesson sama Jess, dia ditemenin pacarnya, Mark. Mark ini sumpah ya ngeselin banget. Sering ngatain Jacob detarded gitu (terbelakang). Padahal, menurut Jacob, detarded itu yang IQ-nya di bawah 70 (atau 76 ya? Lupa gue) sementara IQ Jacob 126. Kenyataan bahwa Mark enggak tau fakta itu, bikin Jacob yakin bahwa yang detarded itu adalah Mark.
Keren, keren. Gue jatuh hati sama karakter Jacob. Tingkat humornya tinggi.
Etapi abis itu Jacob mikir, mendingan Jess jadi pacar dia aja, deh. Dia enggak akan bikin Jess nangis. Dan dia pun ngajak Jess kencan, padahal saat itu masih ada Mark! Hadeh, Jacob! *toyorin Lee Min Ho lagi*
Berantemlah Jess dan Mark. Trus pas lesson berikutnya, Jacob ke rumah Jess. Ternyata Jess terkapar berlumuran darah gitu dalam keadaan telanjang. Sementara pas mau masuk tadi, Jacob ngliat jejak kaki Theo di depan rumah (inget, Jacob tergila-gila sama forensik analisis, jadi dia hafal banget jejak kaki adeknya). Dan demi melindungi adeknya, dia bikin scene seolah-olah Jess mati dibunuh Mark. Keren dah ah.
Tapi itu bukan ending-nya, sih. Spoiler ada di sini, walaupun menurut gue, jauh-jauh 1000x jauh lebih asyik baca novelnya langsung :)
Eh iya, trus di pojokan ada yang tanya tuh, kenapa judulnya House Rules? Karena Emma menerapkan beberapa aturan di rumahnya, salah satunya adalah Take care of your brother, he's the only one you got.
Kayaknya, habis ini ketagihan baca buku dalam bahasa asli, deh.
Dan apakah yang dilakukan chic-choc di sana? Well, berdasarkan saran Deva, salah satu cara menggemukkan badan adalah ngemil. Padahal, gue enggak suka ngemil sambil bengong-bengong. Makanya disambi baca. Bayangin dong kalo 10 halaman = 1 bungkus chic choc, berapa bungkus yang gue habiskan untuk membaca 600 halaman? Itung sendiri, ya xD
Itu juga yang terjadi pada gue pekan lalu. Jadi ceritanya, gue lagi dapat editan naskah nih, yang salah satu tokohnya penderita asperger (lebih lanjut bisa digugling sendiri ya, apa itu asperger).
Berhubung dalam mengedit itu dibutuhkan logika juga, gue enggak tau apakah perilaku si tokoh ini sesuai dengan ciri-ciri penderita asperger beneran atau enggak, dan berhubung ciri khas orang Indonesia itu adalah nanya-nanya mulu kayak pembantu baru, bukannya cari tau sendiri, gue pun nanya kakak gue. Dese dokter dan pernah mendalami psikiatri gitu, walaupun berakhirnya di forensik :D
Dan sebagaimana layaknya orang cerdas lainnya, alih-alih ngejawab pertanyaan gue, dese malah bilang gini, "Lu baca tuh bukunya Jodi Picoult. Judulnya House Rules. Gue tinggal di rumah mama, kok. Di kamar gue. Ambil aja."
Gue tau kakak gue ini demennya baca buku-buku bahasa Inggris sementara gue... errrr... selalu lebih milih baca terjemahannya kalau memang ada terjemahannya, hehehe....
Tapi ya udah, deh. Mana pun 600 sekian halaman! Tadinya mo pengsan, etapi pas baca halaman demi halaman, eh kok asik, ya. Seru! Menarik!
Misalnya, gue baru tau kalo beberapa ciri anak asperger itu adalah mereka gampang ke-distract sama hal-hal yang menurut kita aneh banget, kayak misalnya si Jacob ini, si tokoh utama, enggak suka warna oranye dan enggak suka bunyi keresek plastik. Juga bahwa mereka patuh dan enggak ngerti idiom. Jadi, waktu gurunya bilang, "Don't move! Don't even breathe!" Jacob nahan napas dong sampe hampir pingsan. Dia juga enggak suka disentuh orang asing. Dan kalau anak asperger lagi suka pada sesuatu, dia akan bener-bener terobsesi. Kayak Jacob ini, dia terobsesi banget sama forensik (pantesan aja kakak gue beli novel ini. Ngeklik banget sama dunia dese :D) dan kalo dia udah ngomong tentang topik kesukaannya, udah deh, susah berhenti.
Jacob ini usianya 18 tahun. Punya adek namanya Theo, 14 tahun. Theo ini punya hobi baru, nyelinap masuk ke rumah-rumah gede di blok-blok lain yang ditinggal pergi penghuninya. Dia duduk di sofa, nyobain dapur, masuk ke kamar-kamar, kayaknya karena dia stres di rumah yang enggak feels like home, sementara dia kangen punya rumah yang bener-bener home (kenapa gue bilang 'kayaknya'? Karena gue baca novel ini baca-baca aja, Saudara, sama sekali enggak ngecek artinya di kamus. Daripada mengganggu kekhusukan gue membaca :p Jadi dalam beberapa hal, gue juga enggak yakin makna yang gue tangkep itu bener atau enggak, hehehe.. Yang udah baca novel ini, tolong koreksi ya kalo ada yang salah). Sedih-sedih-kesel sih baca bagian Theo, tapi bisa maklum juga. Ya nama pun penulis best seller ya, Picoult ini pinter banget ngeramu plotnya.
Anyway, Jacob punya mentor gitu, namanya Jess. Cewek. Jess jadi pendamping Jacob gitu supaya Jacob bisa hidup di tengah masyarakat kelak-karena kekhawatiran terbesar Emma, ibunya, adalah kalau Jacob besar nanti, sementara Emma sudah meninggal, gimana Jacob bisa menjaga dirinya sendiri? Related banget kan sama kita para emak? :')-jadi Jess ngajarin gimana ngobrol sama orang asing, gimana menghargai orang lain, bahkan gimana harus ngajak cewek ke prom.
Ada bagian menarik sebetulnya, soal vaksinasi. Di situ, Emma bilang, sampai usia 2 tahun, Jacob berkembang layaknya balita lain. Setelah vaksinasi, dia berubah. Tapi Emma juga bilang dia enggak nyalahin vaksinasi. Buktinya, Theo tetap divaksinasi. Tapi dengan pertimbangan. Gue rasa, Emma mau bilang sama kita, ada vaksinasi yang bikin anak jadi autis, deh. Tapi enggak tau juga, ya. Wallahua'lam.
Nah, suatu hari, pas lagi lesson sama Jess, dia ditemenin pacarnya, Mark. Mark ini sumpah ya ngeselin banget. Sering ngatain Jacob detarded gitu (terbelakang). Padahal, menurut Jacob, detarded itu yang IQ-nya di bawah 70 (atau 76 ya? Lupa gue) sementara IQ Jacob 126. Kenyataan bahwa Mark enggak tau fakta itu, bikin Jacob yakin bahwa yang detarded itu adalah Mark.
Keren, keren. Gue jatuh hati sama karakter Jacob. Tingkat humornya tinggi.
Etapi abis itu Jacob mikir, mendingan Jess jadi pacar dia aja, deh. Dia enggak akan bikin Jess nangis. Dan dia pun ngajak Jess kencan, padahal saat itu masih ada Mark! Hadeh, Jacob! *toyorin Lee Min Ho lagi*
Berantemlah Jess dan Mark. Trus pas lesson berikutnya, Jacob ke rumah Jess. Ternyata Jess terkapar berlumuran darah gitu dalam keadaan telanjang. Sementara pas mau masuk tadi, Jacob ngliat jejak kaki Theo di depan rumah (inget, Jacob tergila-gila sama forensik analisis, jadi dia hafal banget jejak kaki adeknya). Dan demi melindungi adeknya, dia bikin scene seolah-olah Jess mati dibunuh Mark. Keren dah ah.
Tapi itu bukan ending-nya, sih. Spoiler ada di sini, walaupun menurut gue, jauh-jauh 1000x jauh lebih asyik baca novelnya langsung :)
Eh iya, trus di pojokan ada yang tanya tuh, kenapa judulnya House Rules? Karena Emma menerapkan beberapa aturan di rumahnya, salah satunya adalah Take care of your brother, he's the only one you got.
Kayaknya, habis ini ketagihan baca buku dalam bahasa asli, deh.
Dan apakah yang dilakukan chic-choc di sana? Well, berdasarkan saran Deva, salah satu cara menggemukkan badan adalah ngemil. Padahal, gue enggak suka ngemil sambil bengong-bengong. Makanya disambi baca. Bayangin dong kalo 10 halaman = 1 bungkus chic choc, berapa bungkus yang gue habiskan untuk membaca 600 halaman? Itung sendiri, ya xD
Waaahhh yang ini pengen ngegemukin badan, aku sebaliknya..hihihi
BalasHapusSerius aku jadi penasaran lanjutan ceritanya. Ada buku terjemahannya ga ya..
Yg sister keeper itu Jody picoult jg kan ya Del, ga ga beres baca novel itu, mgkn krn terjemahannya kurang oke atw apa ya, lupa :P
BalasHapusAsyik nih keknya si Jacob, jd kepengen baca.
trus...trus... klo lo lg jadi editor, ngedit punya gw gimana dunk? *pdhl ngirimin naskah aja blom yak* hahahahaha
@Bunda Dzaky Tik, bahasa Inggrisnya aja, Tik. Asik kok.
BalasHapus@rindrianie Iya, My Sister's Keeper itu malah gw tau filmnya duluan *tepok jidat No Min Woo*
BalasHapusIya keren kok, Rin. Gk nyesel deh ;)
Gw mah ngedit satu naskah paling seminggu doang, tenanglah yawww.. apalagi naskah dikau, paling cuma berapa sih yang mesti diedit ;)
Huaa jadi pengen baca bukunyaa...
BalasHapuskayaknya seruu..
yang My Sister's Keeper aku suka soale :D.
@UuL Oke. Berarti abis ini gue baca My Sister's Keeper ah ;)
BalasHapusMba del, jacob ini kok ngingetin sama SRK pas diana maen di My name is khan gitu ya?
BalasHapus@The dratistyono Kayaknya SRK di My Name is Khan emang asperger, deh. IMHO, ya :)
BalasHapusDell,
BalasHapusBaiklah lagi-lagi gw teracuni sama loe.
Cari dimana sih ?
@Indah Kurniawaty Hihihi.. di gramed kayaknya ada, bagian buku impor :D
BalasHapusBaca ciri2nya asperger jadi inget tokoh Max di serial Parenthood yang tayang di StarWorld. Suka dibilang autism tapi bukan sih ya ternyata.
BalasHapus@Della
BalasHapusAKu lemah dalam Bahasa Inggris nihhh.. *hihi jadi maluuu
aku ambil kesimpulannya aja, yakni kalau mau gemuk ngemillah sambil baca buku :D
BalasHapusAaaah. Gw setuju banget soal baca buku dalam bahasa aslinya. Banyaaak banget kepuasan tersendiri. Errr tapi yang bahasa inggris aja deh. Yang lain kaga tahu. Boleh pin-jem? Hihihi
BalasHapusmenarik ya keliatannya...
BalasHapustapi gua udah lama gak ada waktu buat baca novel. sok sibuk ceritanya . hahaha
berarti kalo mau nambah berat badan harus ngemil chic choc ya mbak? hati-hati lho template-nya bikin takut anak asperger, hehe..
BalasHapus*exit browser* *meluncur ke minimarket nyari chichoc*
jadi penasaran ama ceritanya deh
BalasHapuseh, Del, siapin juga cemilan di kantor, ngemil sambil duduk bkn aku guendut gn deh, hehehe
penasaran dengan ceritanya. bisa menunggu edisi Indonesianya, nih.
BalasHapusOk gw cr d gramed nti, bnr2 pengen baca jd nya :D
BalasHapusmau dhe baca tapi versi indonesianya aja ya :)
BalasHapusbuku tentang asperger yang pernah aku baca: "insiden anjing di tengah malam yang bikin penasaran" :)
BalasHapussepertinya emang bener2 keren deh novel ini..
BalasHapusgue juga ketagihan baca novel bahasa asli, gegara baca fifthy shades of grey Dell, hihihihi ;p
ada versi pdfnya kaga yak? hihihi pencari gretongan..;p
makan mlm di atas jam 10 setiap hari, bakal gemuk deh kyk saya hehe
BalasHapusBtw, Jodi Picoult di setiap bukunya kayaknya selalu ada crt ttg penyakit, ya :)
klo Desi nyari versi pdf gretong, kalo gw nyari pinjeman aja hahaha...
BalasHapusEh bagi2 dong coklatnya :)
600 hlmn butuh 60 chic choc tuh mbak..
BalasHapusHehehee
paling asyik emang klo baca sambil ngemil... makanan abis bacaan belum selesai, seringnya sih begitu klo aku... hehe
BalasHapusAstaga mb.. 1bungkus buat 10halaman? *brb pingsan*
BalasHapusEtapi emang asik sih ngebaca buku dalam bahasa asli. Tapi aku kadang memahaminya suka lama. Hahahah. Walhasil akhirnya beli yang terjemahan jugak. :D
@Ario Antoko Yup :)
BalasHapus@Elsawati Dewi Mudah-mudahan aku sukses gemukin badannya ya, Elsa :)
BalasHapus@danirachmat Sayangnya punya kakak gue, Dan. Kalo punya gue sih, bakal gue pinjemin :D
BalasHapus@lulu Hihihi..
BalasHapus@Susi Susindra Bisa, Mbak :)
BalasHapus@Yeye Hmmm.. besok-besok kalo bikin review, gue minta honor ah sama penerbitnya, wkwkwkwk..
BalasHapus@Lidya - Mama Cal-Vin Silakan, Mbak :)
BalasHapus@dunia kecil indi Wah, aku keduluan dong, ya :D
BalasHapus@Desi Gk tau versi pdf-nya ada atau enggak, Des :D
BalasHapus@keluarga Qudsy Nih nih *lempar chic choc*
BalasHapus@Ririe Khayan Hebat, Ririe *tepok tangan*
BalasHapus@Bunda Kanaya Iya, sama :D
BalasHapus@ilmiy Gpp, Mi. Yang penting seneng ;)
BalasHapus@Arman Hihihi.. iya Ko, ngerti :)
BalasHapus@myra anastasia Ish Mak Chi ini, apanya yang gemuk sih, Mak? :O
BalasHapusIya kayaknya karena dia selalu riset dalam tiap novelnya, Mak, jadi ceritanya selalu tentang penyakit dan itu risetnya dalem banget..