Senin, 28 Desember 2020

Review: Eau de Parfum HMNS Orgasm




Hai hai, assalamualaikum, Bloggies ^_^
Setelah kemarenan sempet perdana review dessert box,
hari ini mau sok-sokan perdana nge-review parfum 😂😂
Sebelum lanjut
, mohon dimaklumi ini yang nulis review bukan ahli wewangian ya, cuma orang yang seneng share apa pun yang dia suka. So, bear with me 😀
Jadi kan adek gue lagi hunting parfum. Belilah dia sekotak parfum HMNS starter pack. Nah, dia kan orangnya bosenan ya, baru berapa kali semprot, tuh parfum dikasihlah ke gue. 
Gue kan orangnya gampang pusing kalo nyium wangi-wangian. Selama ini setia pakai body lotion aja.  Kalopun pengin pake parfum, misalnya buat kondangan atau acara lainnya, gue pasti pake punya mama soalnya parfum beliau tuh yang asli punya dan tentu aja nggak ada pusing-pusingnya pas disemprot. Tapi ya, guenya kan rada medit ya, keluar uang jutaan buat parfum kok rasanya berat. Lagian ngapain beli kalo masih bisa minta 😝
Makanya pas dikasih starter pack HMNS ini gue sebetulnya rada skeptis. Etapi kok pas disemprot nggak ada pusing-pusingnya. Rasanya mau menjura sama yang bikin 😆
Starter pack ini isinya tiga parfum: Farhampton, Orgasm, Alpha, masing-masing berukuran 5ml. Adek gue ngasihnya pake pengantar, "Itu yang Farhampton wangi parfum cowok. Yang Alpha juga parfum cowok tapi jatuhnya lebih ke seger gitu. Yang Orgasm wangi floral, cewek banget, tapi kak Della pasti suka kok" dengan penekanan di kalimat terakhir karena dia tau banget gue nggak suka wangi-wangian yang girly 😂😂😂


Otentu aja gue masih tetap sok-sokan nggak mau nyentuh mbak Orgasm
, jadi selama beberapa hari gue cuma pake Farhampton sama Alpha ganti-gantian, dan itu tuh ya, cuma suka aja nyium wanginya, nggak ada keinginan untuk beli versi botol gedenya atau gimana. Terus tau kan kalo Della dan kualat adalah satu kesatuan? Suatu pagi, iseng aja nyemprot Orgasm ke pergelangan tangan. Dan langsung jatuh cinta dooong terus langsung ke official Tokpednya untuk beli 😂😂😂😂
Nggak ada ready stock. Adanya PO 7 hari, tapi ya udah hajar ajalah. Eh alhamdulillah sampenya lebih cepet 💓💓


Packaging-nya simpel
, kotak putih dengan logo HMNS di sebelah kiri. Kesannya elegan.
Botolnya transparan dengan tutup warna putih. Warna cairannya lebih ke salem, bening, di beberapa review lain mungkin terlihat kayak kuning, tergantung pencahayaan. Ukuran 100ml. Harga Rp298.000,00 tapi masih dapet diskon Rp50.000,00 dari pembelian adek gue 😆   
Top notes-nya Orgasm tuh apel merah, middle notes-nya mawar, melati, dan peony, based notes-nya biji vanila dan amber.
Jadi pas pertama semprot yang tercium kayak wangi buah, setelah beberapa saat jadi kayak wangi bunga, dan habis itu yang stay wangi biji vanila dan ambernya. Karena dia ngambil wangi biji vanila, makanya kayak ada campuran wangi rempahnya gitu, bukan wangi vanila yang biasa kita cium. Udah gitu, dari artikel yang pernah gue baca, Founder HMNS bilang bahwa amber yang digunakan di semua varian parfum HMNS nantinya akan membaur dengan aroma tubuh penggunanya. Jadi walaupun parfumnya sama, wangi yang stay di tubuh penggunanya bisa berbeda-beda.
Sepertinya adek gue kurang tepat kalo mendefinisikan Orgasm sebagai wangi yang cewek banget. Lebih tepatnya ini tuh wangi wanita yang matang, dewasa, dan seksi tapi disegani gitu looooohhhh.. ngerti nggak sih kira-kira. Berkat sensasi hangat dari wangi rempahnya sih, menurut kesotoyan gue 😀 
Dan cencu aja semua definisi tadi bukan gue banget, tapi gue tetap suka wanginya 😄 


HMNS (d
ibacanya Humans) ini sendiri brand lokal asal Jakarta, digawangi oleh Rizky Arief Dwi Prakoso, Amron Naibaho, dan Karina. Berdiri September 2019. Pembuatannya bekerja sama dengan perfumer Indonesia yang lulusan terbaik dari ISIPCA Paris. ISIPCA sendiri adalah institusi prestisius studi pasca sarjana untuk parfum, produk kosmetik, dan formulasi rasa makanan. Kebayang kan gimana ahlinya soal wewangian? 💓💓
Kamu udah pernah coba varian yang mana? 😊


Selasa, 22 Desember 2020

Review: Envygreen Dead Skin Cell Remover





Hai hai, assalamualaikum, Bloggies ^_^
Hari ini gue mau ngomongin salah satu produk Envygreen, namanya Dead Skin Cell Remover. Dia ini tergolong peeling. 
Tau kan kalau sel kulit kita beregenerasi setiap 28-30 hari. Pada proses ini, sel kulit baru akan keluar dan mendorong sel kulit mati ke permukaan kulit. Masalahnya, makin tua, proses ini makin sulit terjadi secara maksimal kalau nggak dibantu dengan ekfoliasi. Sel kulit mati yang menumpuk bisa menyebabkan pori-pori tersumbat, kulit jadi kusam, muncul komedo, dan jerawat. 
Nah, produk eksfoliasi yang gue pakai biasanya facial scrub. Butiran-butiran kasarnya membantu meluruhkan sel kulit mati, sisa kotoran, sisa polusi, dan minyak. Tapi kadang perih juga rasanya, sis. Bikin kulit iritasi. Makanya gue penasaran banget dengan produk ini karena dia nggak ada butiran scrub-nya, jadi konon cocok untuk kulit sensitif. Penasaran dong gue. Jadilah gue coba beli.
Dead Skin Cell Remover ini ada dua ukuran, 10gr dan 20gr. Gue coba yang kecil dulu, harganya Rp32.000,00. Beli di shopee official-nya Envygreen. Di web-nya langsung juga bisa, https://envygreen.co.id 
Kemasannya tube, warnanya putih kombinasi hijau.  
Di bagian belakang kemasan, ditulis bahwa pengaplikasiannya dilakukan setelah pembersihan tiga langkah. Gunakan peeling dengan arah memutar selama satu menit, gosok perlahan, kemudian bilas dengan air hingga bersih. 
Tiga langkah yang dimaksud adalah face cleanser, facial foam, toner. Face cleanser-facial foam emang rutinitas double cleansing gue, sih. Tinggal nambah toner ya cincailah.. 😁
Oh iya, penggunaan peeling-nya saat wajah dalam keadaan lembap, ya.
Teksturnya krim warna putih, ada bau seperti bau kimia. Setelah digosok ke wajah, teksturnya berubah jadi gel. Berhubung ini pertama kalinya gue pakai produk peeling yang non-scrub, tentu aja gue terkedjoet melihat banyaknya "daki" yang luruh dari hidung dan dagu gue (sumber komedo selama ini), padahal rasanya kayak pakai facial foam biasa aja.
Setelah dibilas, muka jadi terasa banget lebih bersih, lebih halus, dan lembap. 
Gue sih pakainya seminggu sekali dan ini udah masuk bulan kedua. Selama itu pula pore pack andalah gue nggak keluar dari lacinya 😁




Muka abis cuci muka banget 😂😂😂


Ingredients:
Aqua, Glycerin, Acrylates Copolymer, Octyldodecanol, Tocopheryl Acetate, Sweet Almond (Prunus Amygdalus Dulcis) Oil, Hydroxyethyl acrylate, Isohexadecane, Polysorbate 60, Phenoxyethanol, Propylparaben, Ethylparaben, Methylparaben, Butylparaben, Fragrance

Envygreen ini produk lokal yang berlokasi di Semarang. Pabriknya udah standar internasional yang bersertifikat CGMP (Current Good Manufacturing Process) dan semua produknya udah menerapkan high grade Clinical Active Cosmetics (CAC) yang menggabungkan kosmetik dengan ilmu farmasi. Jadi, produknya bekerja dari bagian terdalam kulit. 
Mengklaim aman untuk ibu hamil dan menyusui, tapi untuk keterangan lebih jelas tentu aja bisa menghubungi pihak Envygreen-nya, ya 😊
Apakah gue akan repurchase? Sepertinya iya, tapi mau beli yang 20gr.
Ada yang pakai produk Envygreen juga nggak sih di sini? 


Rabu, 09 Desember 2020

Review: Rollover Reaction Custard Tart Cushion Compact


Hallo Bloggies, apa kabar? 
Semoga sehat semua yaaa.. 
Hari ini gue mau ngomongin Rollover Reaction Custard Tart Cushion Compact. Sepertinya gue punya kecenderungan untuk baru inget mau nge-review sebuah produk ketika produknya udah mau habis 😅😅
Awalnya gue beli Cushion Compact-nya Rollover Reaction yang nomor 101 ini karena penasaran aja, soalnya dia diklaim untuk "light skin with neutral undertone". Sekurang update-nya gue terhadap cushion, gue baru tau ada yang menyediakan khusus neutral undertone. Selama ini gue punya pengalaman buruk sih soal cushion, yang jadi oksidasi lah, yang salah shade lah, yang bikin muka jadi warna abu-abu lah, tapi sebagai orang beriman, gue yakin gue cuma belum menemukan yang cocok aja. Makanya gue terus mencari dan terus-terusan punya pengalaman buruk 😂😂😂
Awalnya, gue nggak segitu pedenya untuk merasa kulit gue tergolong light skin. Tapi pas gue cek di website-nya, https://www.rollover-reaction.com .ternyata ada berbagai tipe warna kulit yang cocok pakai 101 ini. Nggak harus yang kulit putih kayak aktris Korea 😁
Jadilah gue beli online. Harganya Rp195.000,00. Berat 15gr. Tampak luarnya manis, dengan warna peach-hitam. Di bagian bawah produk, ada nomor BPOM dan tanggal kedaluwarsa. 



Penampakan dalam mah seperti semua cushion pada umumnya ya, begitu dibuka langsung ada tempat puff dan di bawahnya baru cushionnya.
Untuk cara pakai, tekan lembut puff di cushion sampai warnanya keluar dan menempel di puff, ratakan di wajah. Begitu gue coba, gue jadi menyadari satu hal: ternyata kulit gue neutral undertone, Saudara-Saudara. Jadi selama ini gue bukannya salah shade, tapi salah undertone 😂😂



Ini tuh warnanya bagus banget di muka gue, menyatu tipis jadi kayak kulit kedua. Bisa untuk sedikit menutupi kehitaman di area bawah mata dengan pemakaian di-layer, tapi untuk menutup sempurna mah nggak bisa, ya. 
Gue baca di ingredients ada Sodium Hyaluronate juga, itu kali makanya ada sensasi melembapkan saat dipakai. Tunggu beberapa saat sampai dia nge-set sebelum ditimpa make up lain, ya. Kalau nggak nanti jadinya cakey. 
Di bawah ini gue kasih lihat tahapan dari  pemakaian di setengah wajah sebagai pembanding, pemakaian di seluruh wajah termasuk di bibir, penampakan setelah pakai lipstik, dan penampakan setelah dandan full.
Dan yang bikin hepi, setelah pemakaian lama pun dia nggak bikin kulit jadi oksidasi ataupun bikin warna kulit jadi abu-abu! Super love! 💓💓💓



Biasanya gue pakai cushion ini buat pemotretan di Instagram (eh btw udah pada follow belum? Follow dong, @della_daud 😝). Jadi kalau kalian perhatiin postingan gue sejak 6 Oktober 2020, itu udah pakai cushion ini, ya. If you like what you saw, cobain deh. Siapa tau suka juga kayak gue 😁
Oiya, cushion ini mengandung SPF 27. Di ingredients emang ada Titanium Dioxide yang biasanya ada di sunscreen. 

Di bawah ini gue tuliskan ingredients lengkapnya: 
Water, Titanium Dioxide, Cyclopentasiloxane, Ethylhexyl Methoxycinnamate, Cyclohexasiloxane, Glycerin, Cetyl Ethylhexanoate, Cetyl PEG/PPG-10/1 Dimethicone, Phenyl Trimethicone, Ethylhexyl Salicylate, Pentylene Glycol, Methyl Methacrylate Crosspolymer, Dimethicone, Silica, PEG-10 Dimethicone, Magnesium Sulfate, Phenoxyethanol, Dimethicone/Vinyl Dimethicone Crosspolymer, Trimethylsiloxysilicate, Disteardimonium Hectorite, Aluminum Hidroxide, Triethoxycaprylylsilane, Betaine, Stearic Acid, Ethylhexylglycerin, Disodium EDTA, 1,2-Hexanediol, Sodium Hyaluronate, Allantoin, Caffeine. May contain: Cl 77492, Cl 77499


Cushion favorit kamu apa? Kasih tau dong  ^__^


Senin, 26 Oktober 2020

Review: Dessert Box Bittersweet by Najla (Turkish, Ovocrunchy, Choco Heaven)


Hai hai, assalamualaikum, Bloggies 😊
Eciye ceritanya gue mau sok-sokan ngereview makanan. Di postingan ini, jangan mengharapkan foto-foto keren ala food blogger atau foto tempat yang instagrammable ya, soalnya ini emang bukan postingan yang diniatin 😁
Tapi tau kan, gue tuh kalau suka sesuatu, pasti gue review. Jadi, ini dia 😊

Gara-garanya pekan kemarin gue dan *uhuk-uhuk* jalan-jalan tuh, terus karena tujuannya ke sekitaran Rawamangun, keideanlah buat mampir di Bittersweet by Najla yang Rawamangun, tepatnya di Jalan Balai Pustaka No. 8. Letaknya di pinggir jalan banget, dijamin cepet ketemu deh. 
Berhubung masih masa transisi PSBB dan tempatnya juga kecil, jadi maksimal cuma boleh ada dua orang di dalam, dan nggak bisa dine in. Untungnya pas kami sampai emang belum ada pelanggan, jadi masih boleh duduk di dalam dan gue sempet foto-foto ehehehehe....


Dulu pernah ada bidadari yang ngirimin gue dua box dessert-nya (nggak usah disebut nama ya, you know who you are). Waktu itu dikirimnya Turkish sama Belgium. Yang anak-anak suka tuh yang Turkish, jadi gue beli Turkish satu, sama mau cobain Ovocrunchy, dan Choco Heaven. Tadinya mau beli Tiramisu juga, tapi nanti deh kapan-kapan sekalian nyoba ke tokonya yang di Kalibata atau nggak Kemang, atau mungkin Depok. Sekalian foto-foto gitu 😜


Nah. Turkish ini layerannya di paling bawah ada buttercake yang dibuat dari cokelat Belgium, disiram mousse putih, terus ditimpa buttercake lagi, lalu dilayer mousse cokelat, ditutup dengan lelehan cokelat Belgium, lalu dikasih topping crispy ball.


Kalau Ovocrunchy itu layerannya buttercake, mousse cokelat, buttercake lagi, mousse cokelat lagi, terus ditutup lelehan cokelat Belgium. Yang bikin ada sensasi renyah pas dikunyah adalah biscuit crumble yang ada di setiap layernya.
Ah gue kesel banget fotonya pas disendok kehapus, jadi yang gue punya foto pas masih di kotaknya. Itu juga ketutup label setengahnya.. 😭😭
Jadi gue kasih foto dari Instagramnya Bittersweet aja, ya.

Sedangkan Choco Heaven, ya Allah, ini mah pinter banget yang ngasih nama. Cocok pisan euy! 😆
Jadi di paling bawahnya tuh ada cokelat Cadbury, terus ditimpa buttercake. Nah, tapi di sini bedanya buttercake-nya tuh bukan potongan kayak di Turkish dan Ovocrunchy, tapi dihancurin gitu lho. Habis itu disiram mousse cokelat, ditimpa buttercake lagi, mousse cokelat lagi, ditutup pakai lelehan cokelat Belgiumnya, terus dikasih topping potongan cokelat Cadbury.
Begitu kamu makan satu sendok, uuuughhh... heavenly 💓💓💓



Dari tiga-tiganya, gue paling suka Choco Heaven. Kalau anak-anak tetap Turkish. Selera mereka tak tergoyahkan. 
Kadar manisnya kalau boleh gue rate dari yang paling manis ke yang manis aja adalah Ovocrunchy, Choco Heaven, Turkish. Ini dessert ya, kawan-kawan, dia memang seharusnya manis. Gue sebagai penyuka kue cokelat nggak akan mau makan dessert yang di-review orang yang ngomong, "Udah gitu, manisnya tuh nggak terlalu manis."
Bakal gue skip itu dessert 😝 
Ya manis-manis kue cokelatlah, pasti pada ngerti gimana rasanya 😁
Dessert box ini, menurut keterangan mbaknya, tahan di suhu ruangan 5-10 jam. Tapi kalau yang ada lapisan cheese-nya sih nggak disarankan selama itu, soalnya ada kemungkinan berubah rasa. 
Kalau di chiller tahan berapa lama ya, lupa. Gue cuma inget kalau di freezer tahan 2 minggu (walaupun di rumah gue cuma tahan dua hari alias langsung ludes, hehehehe....) 
Oiya, posting ini dibuat oleh perempuan yang kalau pesan Chatime Hazelnut Choco Milk Tea pakai extra sugar dan ice normal, kalau bikin Milo ditambah gula, kalau bikin puding cokelat ditambah kental manis cokelat lagi. Kalau kita satu server, gue rekomenin kamu langsung beli Choco Heaven aja 😀
Kalau Ovocrunchy mesti dinikmatin pelan-pelan, sehari dua sendok, misalnya. Bukan yang bisa langsung habis satu kotak sekali makan. Soalnya terlalu manis buat gue. 
Kalau Turkish emang sepertinya paling pas dengan selera orang Indonesia (I'm just being sotoy).
Berdasarkan pengamatan gue sih, satu box ini emang porsinya buat satu orang. Tapi kalau mau makan manis sambil tetap jaga berat badan, yuk mari makannya keroyokan aja. Lidah hepi, timbangan nggak nambah 😆
Kamu udah pernah coba dessert box-nya Bittersweet, belum? Paling suka yang mana? 😊

Kamis, 13 Agustus 2020

Review: Ristra Moisturizing Cream




Hai hai Bloggies, assalamualaikum :)
Hari ini mau review Ristra Moisturizing Cream yang udah gue repurchase ketiga kalinya, tapi nggak direview-review juga, ahahahahahahahahappp..
Tau dong kalo gue sampe repurchase skincare berarti emang secocok itu di kulit gue yang normal to very very dry ini. 
Yang dulu bikin tertarik untuk beli Ristra Moisturizing Cream adalah karena gue udah pakai Med Soap-nya dan cocok juga. Selain itu juga bahan bakunya simpel dan nggak mengandung zat-zat yang nggak cocok di kulit gue (FYI gue nggak cocok dengan Lactid Acid, semua yang mengandung aloe vera, PEG, beeswax.   
Ingredients: Purified Water, Paraffinum Liquidum, Stearic Acid, Propylene Glycol, Cera Alba, Olive Oil, Cetyl Esters, Cetyl Alcohol, Triethanolamine, Lanolin Anhydrous, Sodium Borate, Fragrance, Methylparaben, Allantoin.
Ristra Moisturizing Cream ini kemasannya tube, botolnya warna hijau muda. Di sisi botol ada tanggal kedaluwarsanya. Berat 60 gr. Tekstur kental, warna putih. Ada wangi lembut. Mengklaim diri dermatologically tested dan pH balanced.







Dipakai dengan urutan: bersihkan muka-preserum-hydrating toner-moisturizer. Dulu sih gue pakai dua kali sehari, tapi sejak kenal Biokos, Ristranya gue pakai pagi aja karena untuk krim malam dia kurang nampol. 
Dampak di gue terasa sejak pemakaian pertama, sih. Kulit terasa lebih lembap. Nggak muncul alergi, nggak menimbulkan bruntusan juga. Lumayan cepat menyerap, dan bagus banget untuk base make up. Sejak pakai Ristra Moisturizer Cream, gue berhenti pakai foundation. Cukup pakai moisturizer ini, lalu ditimpa bedak tabur. 
Bloggies ada yang pakai Ristra ini juga? Share yuk di komen :)

Senin, 06 Juli 2020

Review: Pixy White-Aqua Pore Cleanse Micellar Foam


Hai haaaiii bloggies, apa kabar? :)
Hari ini mau ngebahas facial wash dengan kemasan paling cantik yang pernah gue lihat,  Pixy White-Aqua Pore Cleanse Micellar Foam, makanya gue langsung beli tanpa gugling dulu apa aja ingredients-nya, nggak kepoin review orang-orang, simply karena gue ingin memilikinya, nggak peduli apa pun kata orang 😂😂😂

Sekarang, ini review-nya.
Kemasan  Pixy White-Aqua Pore Cleanse Micellar Foam dari plastik warna putih, di ujungnya ada sikat tempat keluarnya foam. Ada penutup transparan di sikatnya. Pakai kaitan lho penutupnya ini, harus dipencet kedua sisinya baru bisa dibuka. Untuk nguncinya juga kenceng, jadi bukan yang asal nyantol. Pokoknya keamanan dan kehigienisan terjamin insyaallah 😊
Pixy White-Aqua Pore Cleanse Micellar Foam (duh panjang ya namanya) ini disegel kertas silver di bagian tutup. Jadi kalau kamu beli online, pastikan segelnya masih terpasang, ya.
Sikatnya dari silikon, bisa dilepas kalau mau dicuci. Saran gue sih kalau emang mau dicuci, keringkan dulu sampai benar-benar kering sebelum dipasang lagi. Tau sendiri kan yang lembap gitu bisa jadi sarang jamur. 
Aduh pokoknya kalau dari bentuknya mah udah sempurna 😍😍





Dari bentuk, kita masuk ke isi. Sebelum digunakan,  Pixy White-Aqua Pore Cleanse Micellar Foam ini dikocok dulu, lalu dipencet dua kali. Foamnya akan keluar dari sikatnya. Cukup segitu aja volume yang digunakan untuk seluruh wajah. Sikat lembut wajah dengan gerakan memutar. Setelah dirasa cukup, bilas dengan air.
Foamnya lembut, enak di muka. Wanginya juga calming gitu deh. Sikatnya juga lembut. 


Nah, yang menyenangkan dari nyobain facial wash adalah nggak perlu pakai selama mingguan/ bulanan untuk bikin review. Gue cukup dua kali pakai untuk bisa bikin kesimpulan 😀
Setelah pemakaian pertama, filtrum dan tepi hidung kiri-kanan gue iritasi. Dasar kulit gue ketipisan kali.
Jadi besokannya, foamnya gue taruh di tangan, terus cuci muka kayak biasa. Nggak pakai sikatnya. Masih terasa panas. Kesimpulan sementara, gue nggak cocok sama bahannya. Apalagi selesai cuci muka tuh wajah rasanya keset. Mungkin ada orang-orang yang suka wajahnya keset setelah cuci muka, facial foam ini bisa dicoba. Tapi gue sukanya face wash yang udahannya bikin muka terasa lembap.
Berarti masalah gue ada di ingredients-nya. Emang sih, di cover udah ditulis mengandung AHA+BHA complex, tapi gue pikir ini kan buat cuci muka doang, abisannya dibilas air. Sebanyak apa sih kandungan AHA+BHA-nya, ya kan? (FYI gue nggak cocok pakai AHA+BHA, dulu punya pengalaman buruk tentang itu dan nggak mau nyoba lagi walaupun dibayar sejuta. Kalau semiliar mungkin masih mikir 😀)

Jadi, pergilah gue ke bagian ingredients.
 Pixy White-Aqua Pore Cleanse Micellar Foam mengandung:
water, glycerin, cocamidopropylbetaine, laurylbetaine, pachyrhizus erosus root extract, sodium chloride, disodium cocoylglutamae, phenoxyethanol, propyleneglycol, fragrance, aloe barbadensis leaf juice, coconut acid, ethylhexylglycerin, lactid acid, disodium edta, salicylic acid, potassium sorbate, sodium benzoate, citric acid


Abis baca ingredients, gue ketawa-ketawa miris. Pantesan di muka gue jadi super kering. Gue tuh nggak cocok sama salicylic acid. Kayaknya pernah gue bahas selintas di review skincare, tapi lupa yang mana. Pokoknya acid yang itu kulit gue nggak bisa terima. Sementara di orang-orang yang cocok, acid tersebut hasilnya emang bisa bagus. 
Jadi ya, emang ini kesalahan gue dari awal, padahal biasanya kalau mau beli barang tuh tab di kompi gue sampe berderet kecil-kecil saking semua artikel dan semua yutup gue tontonin. Tapi yang ini langsung beli aja udah. Apakah ini yang namanya cinta buta? 😂😂😂😂😂😂
Tapi gue nggak nyesel, sih. Sekarang gue punya sabun mandi yang wanginya enak, namanya Pixy White-Aqua Pore Cleanse Micellar Foam, hehehehe....
Temans ada yang udah pernah coba facial foam ini? Share ceritanya atuh di komen 😉


Senin, 22 Juni 2020

Matematika Skincare



Hai, assalamualaikum, Bloggies ^_^
Kayaknya gue udah pernah nyebut tentang matematika skincare di postingan IG, tapi waktu itu emang sekilas banget, sih. Nah, mumpung lagi ada contoh kasusnya nih, gue mau bahas lebih lanjut, ya. Cuma sharing aja sih, berdasarkan pengalaman. Sama sekali nggak bermaksud bilang bahwa gue expert banget di bidang ini. Yaelah hitung-hitungan ginian doang sih, semua orang pasti bisa. Dasar aja gue kekurangan konten 😂😂
Udah jadi rahasia umum dong ya, kalo skincare itu soal cocok-cocokan. Jadi, gue nggak akan bilang skincare yang lebih mahal itu berarti lebih bagus. Hitung-hitungan ini buat ngasih gambaran aja bahwa yang kita anggap mahal sebetulnya mah 11-12 dengan yang tampak murah.
Oke. Here we go.


Mudah-mudahan masih ingat, di postingan sebelumnya gue ngereview Biokos Age Renew Anti Wrinkle Night Cream. Nah, krim itu kan, beratnya 30gr, harga Rp80.000-an something, lupa angka tepatnya. Kedaluwarsa 12 bulan. Gue pakai dua kali sehari walau nggak rutin karena kalo malam banyakan lupanya. Dengan pemakaian tak teratur itu, dia habis tanggal 3 Juni 2020. Gue pertama kali pakai tanggal 21 April 2020 (iya, untuk skincare dan make up gue emang punya buku khusus untuk catatan kapan beli dan tanggal kedaluwarsa). 
Kalau dihitung secara kasar, nggak sampai dua bulan sudah habis, ya? Padahal pemakaian nggak rutin. Kalau rutin, mungkin sebulan juga habis? 😅
Ya udah, anggaplah gue pakainya hemat-hemat deh, jadi dua bulan habis. Berarti dalam setahun gue beli 6 kali.
Rp80.000,00 x 6 = Rp480.000,00
Atau kalau sebulan habis, berarti pengalinya 12.
Rp80.000,00 x 12 = Rp960.000,00 huwow! Fantastis ya, angkanya.


Bandingkan dengan Sukin Purely Ageless Rejuvenating Day Cream yang udah tiga kali gue repurchase. Berat 120ml, harga Rp239.000,00 (beli jastip), kedaluwarsa 6 bulan. Emang sih, kayaknya gede banget, tapi pas kok, 6 bulan habis. Itu juga sama, sehari dua kali.
Dan oh iya, besaran pemakaian yang gue aplikasikan di wajah sama banyaknya ya, jadi bukannya mentang-mentang Sukin kelihatannya lebih mahal terus gue jadi pakainya eman-eman. Nggak gitu. Justru karena dia 6 bulan habis makanya gue pakainya secara normal. Sama aja kayak waktu pakai Biokos.
Nah. Masuk ke hitungan.
Berarti dalam setahun gue cuma beli moisturizer dua kali, nih. 
Rp239.000,00 x 2 = 478.000,00

Untuk manfaatnya ya, balik lagi ke masing-masing orang. Yang gue kasih di sini kan, cuma hitung-hitungan. Soalnya gemes kalau gue beli skincare terus ada aja yang komen, "Ya ampun moisturizer doang harganya segitu ? Emang nggak ada yang lebih murah?"
Nyoh udah gue kasih ya, hitung-hitungannya ^_^
Khusus buat gue, nyari skincare emang susah soalnya kulit gue sensitif, udah gitu kering. Udah dua kali berurusan dengan dokter kulit gara-gara salah skincare, gue rasa sih udah cukup nunjukin itu cara Tuhan untuk bilang, "Del, hati-hati ngerawat wajah, ya. Itu titipan-Ku, lho."
Dokter kulit kan mahal, yakk? 
Makanya begitu nemu moisturizer yang cocok, tetap aja beli itu lagi, itu lagi, hehehehehe....
Temans pakai moisturizer apa? Bisikin dong, siapa tau sama ^_^


Rabu, 13 Mei 2020

Review: Lip Coat Pumpkin Sorbet BLP dan Dear Amelia dari Dear Me Beauty


Hai hai, assalamualaikum, Bloggies ^^
Karena sepertinya pemerintah Indonesia memutuskan memakai opsi herd immunity untuk menghadapi Covid-19 ini, ada kemungkinan kita para emak akan ketemu lagi dengan acara-acara seremonial sekolah. Jadi, hari ini gue mau share my go to school lipsticks 😃
Gue nggak tau ini udah template di sekolah atau gimana, tapi di SD anak-anak gue tuh tren lipstik emak-emaknya adalah warna merah. Berhubung gue nggak suka lipstik merah (menurut gue warna itu terlalu tricky, ya nggak sih?), jadi gue pilih yang warnanya lebih bold tapi tetap cocok di kulit gue.  Seenggaknya, secara penampilan, gue bisa blend in di pergaulan mamak-mamak, gitu 😂😂
Sebelum membaca lebih lanjut, postingan ini diperuntukkan bagi orang-orang yang emang lagi nyari rekomendasi lipstik, ya. Jadi kalau kamu nggak berminat, feel free to hit that X button on the top right 😊 



1. Lip Coat Pumpkin Sorbet by Lizzie Parra (BLP)

Pilihan pertama gue jatuh ke Lip Coat BLP warna Pumpkin Sorbet karena warnanya terracota dengan hint cokelat. 
Lipstik ini, kalau digunakan secara tepat, dapat memperlihatkan sisi antagonis pemakainya sehingga cocok dipakai kalau kamu mau sumbang saran pas rapat ngomongin soal sumbangan sekolah awal tahun 😁
Teksturnya thick, pigmentasi juara. Sekali oles langsung nutup warna asli bibir. 
Sebetulnya Pumpkin Sorbet paling bagus untuk diombre karena warnanya yang "antagonis" tadi, tapi entah kenapa gue ada kepuasan tersendiri kalau jalan-jalan pakai warna ini 😂😂
Harga Rp139.000,00. Kamu bisa beli di website-nya, www.blpbeauty.com atau di Sociolla atau di online market place lainnya 😊 




2. Lip Coat Dear Amelia dari Dear Me Beauty X Nissan Wafers

Pilihan kedua gue adalah Dear Amelia dari Dear Me Beauty yang kolaborasi dengan Nissin Wafers. Warnanya cantik, coral dengan hint peach. 
Pigmentasinya bagus dan dia ngasih rasa nyaman di bibir. Enak banget dipakainya, nggak lengket dan nggak bikin bibir kering. Wanginya juga enak.
Cocok untuk menghadiri bagi raport dan pesta ulang tahun temannya anak-anak di resto heits. Tapi harus dimasukin tas ya, supaya bisa di-reapply karena warnanya gampang kehapus.
Harga Rp129.000,00. Setau gue dulu brand ini ada website-nya, tapi tadi gue cek kok nggak ada. CMIIW.
Bisa dibeli di Sociolla dan toko-toko online lainnya.



Yang gue suka dari lipstik-lipstik warna terang gini adalah: mereka ngasih ilusi gigi jadi lebih putih dan wajah jadi cerahan, hehehehehe....
Kamu punya rekomendasi lipstik buat emak-emak juga? Share dong di komen 😊


Minggu, 03 Mei 2020

Review: Biokos Age Renew Anti Wrinkle Night Cream



Hai, assalamualaikum, Bloggies 😊
Apa kabar? Sehat semua? Sudah masuk fase emotional acceptance atau masih denial nih, tentang Covid-19? Harapan gue sih, semoga udah pada bisa me-manage perasaan masing-masing, ya. Waspada boleh, panik berlebihan jangan. Semoga wabah ini segera berlalu, ya.
Gue kayaknya sempet depresi deh, waktu Covid-19 awal-awal terkonfirmasi masuk Indonesia. Selama tiga minggu pertama itu, gue males banget yang namanya skincare routine. Boro-boro tiga-empat step. Bisa mandi dua kali sehari aja udah pencapaian yang luar biasa. Untungnya, karena masih rajin mantengin twitter, gue nemu satu trit dokter yang emang psikiater yang bilang kalau malas merawat diri itu termasuk salah satu gejala depresi. Ya udah, gue paksain diri deh, mulai ngerutinin step skincare lagi. 
Terus, moisturizer gue habis. Gue biasanya pakai Sukin Purely Ageless Rejuvenating Day Cream yang gue jastip karena varian yang itu belum masuk Sociolla 😅
Sayangnya, mbak yang biasa gue jastip itu negaranya kena lockdown. Jadi, gue berpikir untuk ganti moisturizer. 
Selama pandemik ini berlangsung, gue cuma berani paling jauh pergi ke Tokem kan ya, Toko Kemanggisan. Di situ tuh ada counter kosmetiknya yang lumayan lengkap. Jadi ya udah, gue ke situ sekalian belanja beras dan lain-lain. 
Pilihan jatuh ke Biokos Age Renew Anti Wrinkle Night Cream karena ya, selama ini gue cocok produk Martha Tilaar. Apalagi ini kan, tingkatannya udah advance alias emang untuk usia gue. 
Nggak ada yang day cream, makanya gue beli yang night. Ini juga tinggal satu-satunya 😅
Segitu dulu pengantar ngalor-ngidulnya, sekarang kita masuk ke review.


Kemasan  



Dari segi kemasan, gue suka banget. Warna hijau yang mewah (walaupun gue sempat bersitegang dengan bapake yang kekeuh bilang ini warna biru) dan bentuknya yang bulat bikin jatuh cinta. Ringan karena isinya emang cuma 30gr. 
Di dalam kotak, ada sendok untuk mengambil produk demi menjaga kehigienisan. Tapi gue sih, ngambilnya pakai jari langsung, hehehe....
Sudah halal MUI, no animal testing. Masa pakai 12 bulan setelah dibuka. Masa kedaluwarsa tertulis di kotak maupun di kemasan, jadi nggak usah khawatir terlewat.




Diklaim mengandung bio macroalgae essential yang membuat kulit lebih lembap, kencang, dan halus, kerutan lebih samar dalam waktu 4 minggu, dengan catatan dipergunakan bareng serum dan day moisturizer-nya 😁


Ada tutup plastik transparan di antara tutup kemasan dan produk, sehingga insyaallah lebih kedap dan menjaga produk terpapar bakteri dari luar.
Harganya lupa, sekitar 80 ribuan gitu kalau nggak salah. Jauh sih kalau dibandingin Sukin, so I'm not complaining 😊


Ingredients 

Water, Glycerin, Propanediol, Squalane, Cyclopentasiloxane, Isononyl Isonanoate, Polymethylmethacrylate, Shorea Stenoptera Seed Butter, Cyclotetrasiloxane, Cetearil Alcohol, PEG-100 Stearate,Hydroxyethyl Acrylate/Sodium Acryloyldimethyl Taurate Copolymer, Undaria Pinnatifida Extract, Palmitoyl Tripeptide-1, Palmitoyl Tetrapeptide-7, Tocopheryl Acetate, Bisabolol, Maltose, Trehalose, Sodium PCA, Allantoin, Sodium Hyaluronate, Glucose, Ceteareth-33, Ethylhexyl Glycerin, Farnesol, Pentylene Glycol, Sodium Lactate, Fructose, Citrid Acid, Urea, Sodium Hydroxide, Butylene Glycol, Caprylic/Capric Triglyceride, Polysorbate-20, Carbomer, Sodium Chloride, Phenoxyethanol, Chlorphenesin, Fragrance.


Kesan Saat dan Setelah Pemakaian

Produknya harum. Sebagai orang yang dari dulu nggak suka skincare yang harum-harum banget, Menurut gue wanginya terlalu keras. Tapi balik lagi ke preferensi masing-masing orang, ya.
Sesuai namanya, Anti Wrinke Night Cream, tentu aja produk ini teksturnya krim. Warnanya putih. 
Ini gue contohin pemakaiannya di tangan ya, supaya bisa lihat perubahannya saat baru di-apply dan setelah agak menyerap.



Nah, biasanya gue tuh beli day cream buat dipakai sekaligus sebagai night cream. Ini pertama kalinya sok-sokan ngide melakukan kebalikannya. Jadi, pertama kali gue pakai ya, besok paginya setelah beli.
Di wajah, pemakaian pertama berasa banget kulit kayak ketarik-tarik. Asli. Gue sampai amazed sendiri. Sejujurnya gue nggak ngerti apakah ini pertanda bagus atau nggak karena selama pakai Sukin gue nggak pernah ngerasain sensasi kayak gini. 
Lama banget nyerapnya. Dan lengket. Gue itungin udah dua jam masih lengket aje. 
Tadinya gue pikir karena yah, namanya juga night cream. Dia emang dimaksudkan untuk bekerja perlahan selama kita tidur supaya hasilnya maksimal, gitu. Etapi dipakai sebagai night cream juga pas paginya nggak terasa perubahan yang wow 😅  
Oiya, buat ngakalin penyerapannya, gue pakai sheet mask sebagai step terakhir. Baru deh nyerap sempurna di kulit. Nggak tiap hari juga kok, pakai sheet mask-nya. Cukup dua kali seminggu.
Rasa ketarik-tarik udah hilang di hari ketiga. Mungkin kulit gue udah bisa beradaptasi.
Gue pakai Biokos Age Renew ini di step keempat, setelah cleanser, pre-serum, dan toner. Dalam dua minggu pemakaian, belum terlihat perubahan berarti. Wajar sih, di kotaknya juga diklaim hasil baru terlihat setelah 4 minggu, syarat dan ketentuan berlaku 😁 


Kesimpulan

Mau habisin dulu, baru bisa bikin kesimpulan akhir. 😃