Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya dan Semusim, dan Semusim Lagi

"Jika ada buku yang benar-benar ingin dibaca, namun belum pernah ditulis, maka Anda sendiri yang harus menulisnya." Toni Morrison

Kalo gue boleh nambahin, gue akan bilang, "Bersabarlah, kelak akan ada yang menuliskannya untukmu," hehehehe....

Sebetulnya, dua novel ini udah gue beli 29 Juni 2013 kemaren tapi blom sempet-sempet mo gue tulis di sini. Jangan dianggap review ya, ini cuma kesan gue pribadi (eh itu termasuk review bukan, sih?)
Ya udahlah ya, enggak penting juga. Pokoknya, gue beli dua novel ini karena mereka sama-sama Pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012 dan gue emang ngoleksi novel-novel pemenang DKJ, walaupun koleksi gue juga enggak lengkap, sih.
Semusim, dan Semusim lagi karya Andina Dwifatma adalah pemenangnya, sedangkan Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya karya Dewi Kharisma Michellia adalah pemenang unggulan. 
Dua-duanya adalah jenis novel yang pengin banget gue tulis.

1. Dua-duanya sama-sama menggunakan tokoh aku yang sampai akhir cerita enggak ketahuan namanya (aaaaaaaaahhh... cinta banget, deh xD)
Soalnya, gue selalu bingung nentuin nama tokoh. Itulah makanya gue salut sama penulis ber-genre teenlit atau chicklit, nama tokoh-tokoh mereka selalu unik dan bagus. Untuk dua novel gue kemaren aja, gue izin pake nama sahabat-sahabat gue. Untung mereka ngebolehin.
2. Dua-duanya tentang cewek introvert, jenis yang enggak bisa gue mengerti, berhubung gue ekstrovert. Dan gue selalu tertarik dengan novel-novel yang menyelami jalan pikiran mereka. Serasa masuk ke tubuh orang lain dan menjalani hidup mereka sepanjang satu buku :) 

Kalo dibaca di Goodreads, banyak yang kecewa pada Surat Panjang karena menurut mereka, cintanya terlalu ABG untuk ukuran perempuan usia 40-an. Menurut gue sih, enggak, ya. Bukannya kalo cinta pada usia berapa pun, akan terasa sama? 
Kekurangan yang gue tangkep dari novel ini justru pada narasinya yang kadang kedodoran pada bab-bab saat surat-suratnya dituliskan orang lain. Terlalu naratif. 
Dan saat bagian kartu pos di bagian awal. Terlalu panjang untuk surat yang ditulis dalam sebuah kartu pos.
Tapi itu doang kayaknya. Selebihnya, gue sangat menikmati. Gue bahkan sempet stalking ke tempat-tempat yang disebut si aku, cuma untuk ngeliat tokoh itu beneran ada enggak, sih? Saking hidupnya kesan yang dia timbulkan. Terus, beneran ada enggak? Cobalah stalking sendiri, ya *enggak mo rugi*
Dan tau, enggak? Orang-orang yang bilang kecewa itu menuntaskan buku ini sampai selesai. Berarti? Sekecewa-kecewanya, buku ini masih tetap sayang untuk diletakkan gitu aja begitu kita merasa enggak sreg pada bagian awal.

Semusim, dan Semusim Lagi, bercerita tentang aku yang baru lulus SMA, tau-tau dapet surat dari ayahnya yang selama ini enggak dia tau kabarnya. Pergilah dia menemui ayahnya. Dan cerita pun dimulai :)

Bukan pemenang DKJ kayaknya kalo ending-nya enggak tragis. Ini gue kasih spoiler ya, buat penyuka happy ending, usah berharap banyak. Etapi Semusim, dan Semusim Lagi kayaknya cukup happy ending, kok. Ya happy ending yang tragislah, ya, ahahahaha....
Yang selalu gue suka dari pemenang DKJ adalah rasa nyesek yang muncul begitu buku ditutup. Sayembara DKJ sendiri diadakan tiap dua tahun sekali. Enggak sabar rasanya nunggu karya pemenang yang 2014 ;)